Sabtu, 21 April 2012

23 Januari 2012, Semuanya Berawal.. Semuanya Berubah..


Akhirnya….

Itulah kata-kata pertama kali saya ketika memasuki pesawat Air Bus 320 milik Indonesia Air Asia yang akan membawa saya ke Bangkok, Negeri Gajah Putih, Thailand. Ya Tuhan, akhirnya saya bisa pergi ke Luar Negeri. Akhirnya saya akan melihat dan akan mengalami sendiri kehidupan yang berbeda dengan Indonesia. Akhirnya saya akan bisa merasakan tersesat di negeri orang. Sendiri. Akhirnya….

Air Asia sore itu
Sebelum mengeksekusi perjalanan yang mengesankan ini, saya mengawalinya dengan pencarian tiket promo kemanapun tujuannya asalkan ke Luar Negeri. Paspor sudah teronggok melompong hampir setahun dilaci almari kamar menunggu stempel perdanya. Kasihan juga, hingga saya pun menemukan harga yang super murah kala itu dari Surabaya ke Bangkok yang dibandrol tidak sampai seratus ribu rupiah saja dengan Air Asia. Wow… tanpa pikir panjang, tiket akhirnya berhasil saya issued meskipun saya tidak tau nanti pulangnya naik apa dan kapan.

Jujur saja awalnya saya tidak percaya jika Air Asia yang iklannya pernah saya lihat sebelumnya di televisi mengenai promo yang menurut saya tidak masuk akal. Bayangkan saja, promo harga mulai 0 rupiah membuat saya yang awam dengan yang seperti ini juga berpikir masa iya sih gratis? Namun ketika kenyatannya saya dapat tiket perdana saya ke Bangkok tidak sampai seratus ribu rupiah, pikiran saya berubah total. It’s amazing.

Setelahnya saya disibukkan dengan membuat itinerary, sebuah perencanaan perjalanan sebagai pedoman tempat mana saja yang akan dikunjungi, bagaimana saya bisa mencapai tempat tersebut dan perkiraan berapa anggaran yang diperlukan. Mulai dari makan, akomodasi dan transportasi selama disana. Dalam penyusunan itinerary ini, memaksa saya untuk membaca dan mecari sumber informasi baik melalui internet ataupun buku-buku catatan perjalanan. Tiga bulan penuh aku mencari dan mengutak-atik buku-buku, forum-forum dan web site perjalanan berbarengan dengan tugas kuliah yang menumpuk. Saya tak mau tersesat di negeri orang, Saya harus tau apa yang harus saya lakukan ketika berada di sana. Sungguh tidak lucu sesampainya saya di sana kemudian hanya tolah toleh kanan kiri tanpa informasi apalagi tersesat dan kehabisan uang. Mungkin jalan satu-satunya kalau sudah seperti itu ya ke KBRI minta dipulangkan. Oh tidak.

Berbekal pengalaman saya terlibat menjadi Liaison Officer SEA GAMES XXI Jakarta Palembang 2011, saya pun memutuskan untuk merencanakan trip perdana saya dengan mengunjungi 7 Negara sekaligus; Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Akan tetapi saya mengurungkan niat mengunjungi Myanmar dikarenakan Visa untuk masuk masih harus mengurus di Kedutaan Myanmar Untuk Indonesia di Jakarta sedangkan jarak tempat tinggal saya yang di Jawa Timur cukup jauh jika harus ke Jakarta.

Jadilah itinerary besar saya seperti ini; Thailand-Laos-Kamboja-Vietnam-Singapura-Malaysia. Saya memutuskan untuk mengunjungi 6 negara tersebut sebisanya dengan waktu singkat 15 hari. Berangkat dari garis besar ini saya mulai menyusun tempat mana saja yang layak untuk dikunjungi. Saya ingin melakukan perjalanan ini tidak terlalu lama dikarenakan budget minim dan juga saya ingin mengunjungi tempat-tempat wisata utama dan atau ibu kota Negara. Selain itu saya ingin merasakan bagaimana suasana ketika melintas perbatasan beberapa Negara yang pastinya memliki perbedaan. Merasakan bagaimana rasanya bisa makan pagi di Thailand dan Makan siang sudah di Kamboja yang tentunya akan menjadi pengalaman luar biasa yang akan saya dapatkan. Lagi pula saya akan senang melihat pasporku penuh dengan stemple cap imigrasi. hehehe :)


Pasporku setelah jalan-jalan :)

23 Januari 2012

Klakah-Surabaya-Bangkok
23 Januari 2012, pagi itu saya sudah bersiap-siap menuju Surabaya. Ayah yang rambutnya sudah beruban memanaskan mesin motor butut honda model lama. Ibu di dapur masih mempertanyakan keputusan saya pergi seorang diri ke negara yang belum pernah saya kunjungi. Beberapa kali beliau mempertanyakan keberanianku. Seolah saya masih kanak yang harus ditemani dan akan menangis ketika tersesat. 

“Saya sudah dewasa ibu, saya tau apa yang harus saya lakukan dan bagaimana jika nanti ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Jadi tenanglah.” Saya berkata demikian. 

“Ya sudah, hati-hati” kata ibu sambil menyodorkan nasi berlumur kecap dan telor ceplok.

Setelah sarapan, saya memanggul ransel dengan penuh tekat. Kucium tangan dan kening ibu yang sudah mulai berkeriput. Terucap beberapa pesan agar hati-hati di negeri orang. Terlihat juga senyum bangga ayah yang sangat berbeda sekali dengan ibu. Ayah senang melihat saya bisa ke luar negeri. Dengan semangat 45 beliau mengemudikan motornya membonceng saya dan mencoba ngebut, namun sayang kecepatan sepeda motor miliknya terbatas.

Setelah beberapa jam, saya sudah meninggalkan Klakah kampung halaman. Bus yang saya tumpangi terjebak macet di Porong. Hati sudah deg-degan bagaimana jika nanti terlambat untuk check in dan gagal terbang. Betapa malunya saya nanti. Pikiran saya berkecamuk hal negative sedangkan bus AKAS seolah merangkak pelan mengikuti gerak kendaraan didepannya.

Jam 2 kurang 15 menit akhirnya saya tiba di terminal purabaya Surabaya yang lebih dikenal dengan bungurasih. Beberapa supir taksi dan ojek menawarkan untuk mengantarkan saya ke Bandara. Namun pilihan saya tetap menggunakan Bus Bandara meskipun sebenarnya masih ragu akan sampai dalam waktu singkat. Beruntung bus segera berangkat menembus kemacetan Surabaya yang tidak terlalu padat seperti di ibu kota.

Bandara International Juanda sudah terlihat. Hati lega bibir tersenyum meskipun waktu check-in tinggal se jam lagi. 14.15 saya berlari menuju tempat Check-in. beruntung tidak terlalu sulit mencari konter check in Air Asia. Sudah terlihat sepi dan semua urusan check-in berjalan lancar karena aku sudah melakukan check-in online sebelumnya.

Di Imigrasi, saya sedikit nervous galau. Setelah memeriksa pasporku, petugasnya mempertanyakan tiket pulangku. Ku serahkan semua tiket kepulanganku yang super duper murah hasil berburu melalui website Air Asia, Ho Chi Minh ke Kuala Lumpur dan Singapura ke Jakarta.

Petugasnya berkerut kening, “Paspornya masih kosong ya, Gate nya di pojok,” ucap bapak beperawakan tinggi besar cakep itu sambil menyodorkan pasporku.
“Makasi pak,” saya tersenyum lega, akhirnya.

Cabin Air Asia QZ7682
Saya segera bergegas menuju gate yang diberitahukannya. Ternyata para penumpangnya sudah mulai memasuki ruang boarding. Pesawat merah Air Asia sudah tampak di luar kaca. Beberapa menit kemudian setelah memasuki pesawat akhirnya Air Asia no penerbangan QZ7682 inilah yang membawa saya terbang melewati batas Negara tepat jam 15.42 pesawat take off. Bangkok, I am coming…. 

Dan dari sinilah semua berawal. Penyakit dengan nama KECANDUAN mendera saya. Tangan saya terasa gatal jika mengetahui Promo besar Air Asia untuk tidak mengeksekusi tiket murah meriahnya. Mata saya enggan terpejam tengah malam demi mendapatkan tiket tujuan idaman. Inilah perubahan besar dalam hidup saya. Kecanduan jalan-jalan murah bersama Air Asia.
Penerbangan Perdanaku ke Nagoya juga First Fligt Inagurasi D7542 17 maret2014
Thanks Air Asia..

5 komentar:

  1. Very interesting experience,,

    Ngiri..
    Kepengen..
    :(

    BalasHapus
  2. nice tp kok ga smpe hbs
    ..hehe

    BalasHapus
  3. @deni and intan, tunggu edisi ke dua, dan masih banyak edisi yang lain lain lagi hingga tuntas, hehehe

    BalasHapus
  4. Rifki, salut deh...
    kemarin aku juga merencanakan kesana, sama kayak milikmu itenerinya. paspor udah ditangan tapi gak jadi berangkat. ini aku backpacker keliling indonesia jadinya. oke deh. senang punya kawan yang semangatnya keliling asean. kapan2 aku nyusul. :-)

    BalasHapus