24 Januari 2012, Stasiun Hua
lamphong adalah stasiun utama di Bangkok. Atapnya berbentuk setengah lingkaran
dan jika dilihat mirip sekali dengan stasiun Tandjung Priuk di Jakarta. Seakan
memanjakan penumpang yang akan berpergian dengan kereta, di ruang tunggu, di
depan deratan loket tiket, terdapat toko buku, beberapa deretan gerai makanan
cepat saji dan Food court bagi yang berkantung cekak juga toilet yang sekaligus
disewakan untuk mandi serta ruang sholat bagi kita umat muslim di lantai dua. Aku
pun segera membersihkan diri untuk mandi di toilet Hua Lamphong dengan membayar
beberapa bath.
Badan
sudah segar, belum sempat aku duduk, aku kaget melihat semua orang berdiri.
Terdengar alunan lagu dari pengeras suara. Ada apa ini? Setelah beberapa saat
orang orang kembali duduk, aku bertanya kepada bule disampingku. Kenapa barusan
semua orang berdiri dan duduk ketika lagu dari pengeras suara diperdengarkan
hingga selesai. Mark yang mengaku dari Ohio Amerika Serikat ini menjelaskan
jika orang Thailand sangat nasionalis. Setiap jam delapan pagi dan jam enam petang,
lagu kebangsaan Thailand akan diperdengarkan dan mereka semua tanpa terkecuali
akan berdiri sebagai bentuk penghormatan kepada Negara. Sunggu luar biasa, aku
berdecak kagum. Betapa hormatnya mereka kepada Negara. Bagaimana ya jika lagu
Indonesia Raya diperdengarkan setiap pagi dan petang. Mungkin nasionalisme
bangsa Indonesia akan semakin kuat rasa persatuan dan kesatuannya dan tak akan
ada lagi isu-isu perpecahan dan sara. Sebuah hal kecil demi keutuhan Negara.
Satu hal
lagi yang aku sempat herankan. Ada foto berukuran besar tampak seorang pria
berpose gagah mengenakan baju kebangsawanan yang dipajang di tempat-tempat umum
seperti di Hua Lamphong dan stasiun-stasiun. Mungkin inilah petinggi Thailand
yang sangat dihormati. Sehingga gambarnya dipampang dimana-mana untuk
mengingatkan rakyatnya bahwa beliaulah yang sangat berjasa di Thailand. Sampai
sekarang pun aku belum tau siapa beliau.
Kereta ke Nong Khai tersedia dalam tiga perjalanan di petang hari. Kereta pertama DRC 77 berangkat jam 18.35, kereta kedua Express 69 berangkat jam 20.00, dan yang ketiga Rapid 133 berangkat 20.45 waktu Thailand. Masing masing tiba di Nong Khai untuk DRC 77 perkiraan jam 05.05, Express 69 jam 08.25 dan Rapid133 09.45 waktu Thailand. Aku memutuskan memilih kereta pertama DRC 77 dengan pertimbangan kerena aku akan tiba sangat pagi di Nong Khai dan itu akan mempermudah untuk mempelajari kawasan sekitar dan mencari moda transportasi berikutnya untuk mencapai Vientiane. Bukan hanya itu saja, DRC 77 membawa rangkaian kelas 2 dan 3 yang mana aku akan memilih kelas 3 yang jatuhnya jauh lebih murah ratusan bath. Toh kemungkinan sama dengan kelas ekonomi Kertajaya Surabaya-Jakarta yang murah meriah dari pada harus menggunakan kelas dua bahkan satu.
Kereta ke Nong Khai tersedia dalam tiga perjalanan di petang hari. Kereta pertama DRC 77 berangkat jam 18.35, kereta kedua Express 69 berangkat jam 20.00, dan yang ketiga Rapid 133 berangkat 20.45 waktu Thailand. Masing masing tiba di Nong Khai untuk DRC 77 perkiraan jam 05.05, Express 69 jam 08.25 dan Rapid133 09.45 waktu Thailand. Aku memutuskan memilih kereta pertama DRC 77 dengan pertimbangan kerena aku akan tiba sangat pagi di Nong Khai dan itu akan mempermudah untuk mempelajari kawasan sekitar dan mencari moda transportasi berikutnya untuk mencapai Vientiane. Bukan hanya itu saja, DRC 77 membawa rangkaian kelas 2 dan 3 yang mana aku akan memilih kelas 3 yang jatuhnya jauh lebih murah ratusan bath. Toh kemungkinan sama dengan kelas ekonomi Kertajaya Surabaya-Jakarta yang murah meriah dari pada harus menggunakan kelas dua bahkan satu.
Untuk Express 69 rangkaian yang dibawa kelas satu dan dua dimana kereta
kelas satu ialah sleeper class yang harganya juga lumayan. Sedangkan, kereta
terakhir Rapid 133 awalnya menjadi pilihan juga karena gerbong kelas yang
ditawarkan terdiri dari kelas satu dan dua, tetapi waktu ketibaan di Nong Khai
terlalu siang jadi aku urungkan niat aku menggunakan kereta ini. Bedanya DRC 77
dan Rapid 133 adalah kereta yang digunakan. DRC adalah kepanjangan dari Diesel
Rail Car atau kalau bisa aku gambarkan kereta seperti komuter atau krl seperti
di Jakarta namun sudah didesain secara khusus untuk perjalanan jarak jauh.
Sedangkan Rapid 133 menggunakan kereta layaknya kereta biasa, ada lokomotif di
depan dan rentetan gerbong dibelakangnya. Untuk perbandingan harga, jika
berkehendak menggunakan kelas 1 atau slepper class, bath yang harus dikeluarkan
kurang lebih 1000 bath, kurang lebih 600 bath untuk kelas 2 dan untuk kelas 3
hanya 253 bath. Jauh berbeda bukan?
Semuanya memang tergantung selera, tetapi bagi aku, kelas 3 lah yang
cocok jika ingin membaur bersama penduduk Thailand. Karena anda akan merasakan
dan mengetahui perbedaan antara asongan Indonesia dan Thailand. Tidak ada
goyang asolole apalagi keroncong. Hehehe….
Tiket
sudah ditangan. Keluar dari Hua Lamphong aku dihadapkan dengan persimpangan
jalan yang padat. Baliho papan reklame besar bertulisakan aksara thai tak aku
mengerti sama sekali menambah kesan Bangkok sebagai kota metropolitan Thailand.
Matahari sudah naik, udara panas pun mulai terasa. Tujuan aku berikutnya Grand
Palace, Wat Arun atau Temple of Down dan Wat Pho. Setelah bertanya kesana
kemari dan akhirnya aku dilemparkan ke tourist information centre yang ada di
bagian depan stasiun. Bus 53 yang akan membawa aku ke Grand Palace, bisa
ditunggu disamping stasiun Hua Lamphong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar